Adalah salah satu desa adat tertua di Kabupaten Nias Selatan. Masih terdapat peninggalan sejarah di Desa ini seperti, Batu Megalitik yang ada di jalan masuk desa, susunan Rumah Adat yang masih terpelihara, Lompat Batu dan Atraksi Budaya Famadaya Harimao, Maluaya (Tari Perang), Hoho, Fogaele, Manari Moyo ( Tari Elang ), dan Fo'ere.
Secara administratif, Hilisimaetano terletak di Kecamatan Maniamolo, Kabupaten Nias Selatan, Propinsi Sumatera Utara. Ia juga merupakan Pusat Pemerintahan Kecamatan Maniamölö.
Seiring dengan pelaksanaan Otonomi Daerah, Hilisimaetanö kemudian dimekarkan menjadi: Desa Induk Hilisimaetanö (Boto mbanua), Idala Jaya Hilisimaetano, Samadaya Hilisimaetano, Soto'ö Hilisimaetano, Hiliaurifa Hilisimaetano, Ndraso Hilisimaetano, Faomasi Hilisimaetano, Eho Hilisimaetano, Pekan Hilisimaetano, dan Bonia Hilisimaetano.
Jumlah Penduduk Hilisimaetanö tahun 2021 adalah 1.932 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga 576 KK, dan masyarakat mayoritas bermata pencaharian sebagai petani (sawah, Kebun Karet, Kebun Kelapa, dll). Hilisimaetanö juga merupakan salah satu lumbung padi terbesar yang ada di kepulauan Nias.
Pemukiman Tradisional Desa Hilisimaetanö (Boto mbanua) merupakan kampung yang terpanjang di seluruh Kepulauan Nias, terbentang sepanjang + 500 meter.
Hiliamaigila adalah asal dari Hilisimaetanö. Dari kampung tua ini kemudian mereka menyebar ke beberapa kampung lain, seperti Bawögosali dan Hilimaenamölö.
Dari masa ke masa hingga sekarang, pusat öri (negeri) Maniamölö adalah Hilisimaetanö. Ia juga merupakan salah satu Desa Adat tertua di Kepulauan Nias. Sampai saat ini Desa Hilisimaetanö masih teguh menjaga nilai adat, dimana para Si’ulu (Bangsawan) masih berfungsi sebagai pemangku kepemimpinan adat. Si’ila (Cendekiawan) menjadi tetua adat sebagai pemberi pertimbangan kepada bangsawan dan Sato/Fa’abanuasa (masyarakat umum) masih bekerjasama untuk menjaga Lakhömi mbanua (marwah desa).
Dari desa tua Hiliamaigila, sampai ke Hilisimaetanö sistem adat dan budaya ini masih tetap terpelihara dan dijalankan sampai saat ini.
Di Desa Hilisimaetano masih terdapat banyak rumah adat tradisional, begitu pula dengan batu megalitik yang masih terjaga dengan baik. Berbagai atraksi pertunjukan seperti tari perang, Famadaya Harimao, Hoho (Lantunan Syair Kuno) Maena, Mogaele, Manari Moyo ( Tari Elang ) dan Lompat Batu juga masih lestari di desa ini.
Desa Hilisimaetano juga memiliki tradisi kerajinan tangan yang masih dilakukan sampai sekarang. Seperti Anyaman, Pahatan, Ukiran dan Pandai Besi (Manöfa).
Dalam Aspek religi, Desa Hilisimaetanö merupakan tempat mula-mula penyebaran injil di Nias Selatan. Tinggalan dari bangunan/Pos para misionaris ini, masih ada di Desa Hilisimaetano.
Hilisimaetano juga memiliki kawasan persawahan yang terbesar di Nias Selatan sehingga berpotensi untuk menjadi kawasan Agrowisata.