DESA ORAHILI FAU
Orahili Fau adalah salah satu desa adat tertua di Kabupaten Nias Selatan Provinsi Sumatera Utara. Dalam catatan sejarah Desa Orahili Fau merupakan benteng terakhir Kepulauan Nias melawan Belanda. Desa Orahili Fau sulit ditaklukan oleh Belanda. Terdapat para pendekar/ksatria Tangguh dalam memperjuangkan harga diri untuk tidak mau diperbudak oleh penjajah meskipun kampung ini dibakar dan dibumihanguskan. Pada tahun 1840, 1855, 1856 Desa Orahili Fau melakukan Perlawanan terhadap Belanda yang ingin merebut wilayah Orahili Fau, akan tetapi tetap dapat digagalkan oleh pejuang dari Orahili Fau. LAHELU'U FAU (TUHA SIWABADANOLAWA) pada saat itu tampil sebagai pemimpin perjuangan Orahili Fau melawan Belanda. Masih terdapat peninggalan sejarah yang masih terlestarikan sampai saat ini, seperti rumah adat tradisional, batu megalit, atraksi budaya tari perang (maluaya), Fahombo Batu (Lompat Batu), Famadaya Hasi, Fanaru Mbatu, Hoho (Folkror), Fogaele, Fo'ere, Fame Afo dan Atraksi Musik Tradisional.
ADMINISTRATIF
Secara administratif Desa Orahili Fau terletak di Kecamatan Fanayama Kabupaten Nias. Pada tahun 2012 dengan adanya pelaksanaan Otonomi Daerah, Orahili Fau dimekarkan menjadi tiga desa baru yaitu Desa Hiligito, Desa Eho Orahili yang berada di Kecamatan yang sama, dan satu diantaranya berada di Kecamatan Luahagundre Maniamolo yaitu Desa Orahili Fa'omasi. Desa hasil pemekaran tersebut sampai saat ini masih memiliki hubungan kekerabatan, Adat dan tradisi yang sama dengan Orahili Fau.
SEBAGAI DESA ADAT & BUDAYA
“Lakhömi Sebua Wahasara Dödö” merupakan falsafah yang selalu diterapkan sebagai marwah desa dengan makna bahwa persatuan dan kesatuan adalah kunci dalam meraih tujuan dan kesuksesan bersama. Orahua (Musyawarah) adalah sebuah tradisi dalam mengambil suatu keputusan/kesimpulan. Sifat gotong royong dan saling menghargai serta nilai-nilai kearifan lokal masih terjaga dan terlestarikan. Walaupun pemekaran secara administrasi pemerintahan terpisah, namun dalam semangat kesatuan nilai-nilai budaya dan adat istiadat tetap utuh dan tidak terpisahkan. Tingkatan kasta masih berfungsi sampai saat ini dimana Si'ulu (Bangsawan) berperan sebagai pemangku kepentingan adat, Si'ila (Cendekiawan) menjadi tetua adat sebagai pemberi pertimbangan kepada bangsawan dan fabanuasa (masyarakat umum) masih bekerjasama mendukung serta manjaga keutuhan bersama.
POTENSI WISATA
Desa Orahili Fau merupakan desa wisata sejarah yang menyimpan catatan perjuangan dalam melawan penjajahan Belanda. Sejarah perjuangan masyarakat Orahili Fau dalam mempertahankan dirinya agar tidak takluk kepada Belanda disajikan sebagai story telling yang dapat dinikmati oleh setiap wisatawan yang datang ke Orahili Fau. Masih terdapat rumah adat tradisional dan beberapa dijadikan sebagai tempat penginapan wisatawan yang berkunjung di desa ini. Penduduk yang memiliki sifat menghargai dan ramah kepada setiap tamu. Adanya batu megalit yang tersusun rapi di halaman desa yang memiliki historis yang menggambarkan kejayaan para leluhur, serta sungai Batu Buaya sebagai lokasi pengambilan batu megalit memiliki keunikan yang luar biasa yang akan mampu memanjakan para pengunjungnya. Beberapa pertapakan perkampungan peninggalan sejarah, berbagai atraksi pertunjukan seni dan budaya yang unik dan hanya ada si Orahili Fau seperti Atraksi Tari Perang yang unik dan khas (saling melepasakan tombak kepada lawan dan menebas leher lawan), Atraksi Famadaya Hasi, Atraksi Mogaele (Menari), Atraksi Fame Afo (Pemberian Sekapur Sirih), Atraksi Hoho (Folklor), Atraksi Fahombo Baru (Lompat Baru), Atraksi Musik Tradisional. Wilayahnya yang luas Orahili Fau juga memiliki potensi agrowisata serta wialayah persawahan yang sangat luas didesa pemekaran Hiligito dan Eho Orahili. Di desa Orahili Fau menyajikan beberapa kuliner tradisonal dan makanan halal serta memiliki kerajinan tangan yang terus dilakukan sampai sekarang seperti pahatan, ukiran, anyaman, pandai besi (manöfa). Di desa ini juga masih banyak terdapat permainan rakyat yang diperankan oleh anak-anak desa, dapat disaksikan bahkan dimainkan oleh wisatawan seperti famarigala, lawa kahe, fa bekhu-bekhu dan lain sebagainya.